Pages

Rabu, 29 September 2010

Swalayan Wajib Pakai Plastik Ramah Lingkungan

Penyelamatan lingkungan, yang kerusakannya sebagai dampak dari gaya hidup masyarakat modern, sudah tak bisa ditawar-tawar lagi. Itu sebabnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mewajibkan pengusaha pasar swalayan menggunakan plastik mudah terurai (degradable) sebagai pengganti plastik konvensional. Pemakaian plastik mudah terurai itu untuk memperbaiki kualitas lingkungan sekaligus mengurangi volume sampah.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Eko Bharuna mengatakan, saat ini Pemprov DKI sedang menyusun aturan untuk mewajibkan semua pengusaha menggunakan kantong plastik yang mudah terurai.

"Pemprov juga menganggarkan insentif bagi yang menerapkannya," kata Eko saat ditemui di Balaikota DKI, Senin (20/9/2010).

Hanya saja, Pemprov DKI belum menentukan jenis insentif itu. Meski demikian, lanjut Eko, setidaknya sudah ada niat baik dari pemerintah daerah untuk memberikan penghargaan bagi pengusaha yang menggunakan plastik mudah diurai.

Aturan tentang penggunaan plastik ramah lingkungan itu, kata Eko, masih menunggu diterbitkannya peraturan pemerintah yang mendukung Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Jika PP itu terbit, peraturan daerah mengenai sampah plastik akan lebih mudah disusun.

Jumlah produksi sampah plastik di DKI saat ini mencapai 523,6 ton per hari atau 7,7 persen dari total produksi sampah harian Jakarta. Sampah plastik konvensional yang sulit terurai dan didaur ulang membuat biaya pengolahan sampah menjadi mahal dan mengotori lingkungan.

Anggota Komisi D DPRD DKI, M Sanusi, mengatakan, insentif bagi para pengusaha perlu diperjelas agar mereka mau segera beralih menggunakan plastik mudah terurai tersebut. Hal itu karena harga plastik ramah lingkungan lebih mahal daripada plastik konvensional sehingga pengusaha perlu dorongan insentif.

"Dengan banyaknya pengusaha menggunakan plastik mudah diurai, produksi plastik jenis itu meningkat pula sehingga harganya akan turun mendekati harga plastik konvensional," katanya.

Menanggapi kewajiban pengusaha swalayan memakai plastik mudah terurai, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Edi Kuntadi mengatakan, pihaknya memang sedang mengampanyekan penggunaan plastik itu kepada semua pengusaha yang menjadi anggotanya.

"Para pengusaha diajak berkontribusi terhadap lingkungan dalam bisnis mereka. Konsumen yang sadar lingkungan juga akan lebih memilih bertransaksi dengan pengusaha yang ramah lingkungan," katanya.

Sekretaris Perusahaan PT Chandra Asri Suhat Miyarso mengatakan, pihaknya sudah memproduksi plastik mudah terurai yang harganya hanya 1,5 persen lebih mahal daripada plastik konvensional. Dalam waktu sampai dua tahun, plastik dengan kode produk SF5008E ini akan hancur menjadi serpihan di tanah dan dapat diurai oleh mikroba.
Sumber: Kompas
read more.... my soul

Selasa, 28 September 2010

Mono Rel

Sejarah perkeretaapian sama seperti sejarah alat transportasi umumnya yang diawali dengan penemuan roda. Mulanya dikenal kereta kuda yang hanya terdiri dari satu kereta (rangkaian), kemudian dibuatlah kereta kuda yang menarik lebih dari satu rangkaian serta berjalan di jalur tertentu yang terbuat dari besi (rel) dan dinamakan sepur. Ini digunakan khususnya di daerah pertambangan tempat terdapat lori yang dirangkaikan dan ditarik dengan tenaga kuda.
read more.... my soul

Tanaman Penyerap Karbondioksida

Tanaman merupakan penyerap karbondioksida (CO2) di udara. Bahkan beberapa diantara tanaman-tanaman itu sangat jago, mempunyai kemampuan besar, untuk menyerap karbondioksida (CO2). Pohon trembesi (Samanea saman), dan Cassia (Cassia sp) merupakan salah satu contoh tumbuhan yang kemampuan menyerap CO2-nya sangat besar hingga mencapai ribuan kg/tahun. Sebagaimana diketahui, tumbuhan melakukan fotosistesis untuk membentuk zat makanan atau energi yang dibutuhkan tanaman tersebut. Dalam fotosintesis tersebut tumbuhan menyerap karbondioksida (CO2) dan air yang kemudian di rubah menjadi glukosa dan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Kesemua proses ini berlangsung di klorofil. Kemampuan tanaman sebagai penyerap karbondioksida akan berbeda-beda.

Banyak faktor yang mempengaruhi daya serap karbondioksida. Diantaranya ditentukan oleh mutu klorofil. Mutu klorofil ditentukan berdasarkan banyak sedikitnya magnesium yang menjadi inti klorofil. Semakin besar tingkat magnesium, daun akan berwarna hijau gelap.

Daya serap karbondioksida sebuah pohon juga ditentukan oleh luas keseluruhan daun, umur daun, dan fase pertumbuhan tanaman. Selain itu, Pohon-pohon yang berbunga dan berbuah memiliki kemampuan fotosintesis yang lebih tinggi sehingga mampu sebagai penyerap karbondioksida yang lebih baik. Faktor lainnya yang ikut menentukan daya serap karbondioksida adalah suhu, dan sinar matahari, ketersediaan air.

Trembesi Juara Pohon Penyerap Korbondioksida. Adalah Endes N. Dahlan, seorang dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang melakukan penelitian daya serap karbondioksida pada berbagai jenis pohon. Penelitian yang dilakukan pada 2007-2008 memberikan hasil bahwa trembesi (Samanea saman) terbukti menyerap paling banyak karbondioksida. Dalam setahun, trembesi mampu menyerap 28.488,39 kg karbondioksida.

Pohon trembesi jayoan penyerap karbondioksida (gambar: alamendah)

Selain pohon trembesi, didapat juga berbagai jenis tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi sebagai tanaman penyerap karbondioksida (CO2). Pohon-pohon itu diantaranya adalah cassia, kenanga, pingku, beringin, krey payung, matoa, mahoni, dan berbagai jenis tanaman lainnya.

Daftar Pohon Penyerap Karbondioksida. Berikut merupakan daftar tanaman yang mempunyai daya serap karbondioksida yang tinggi berdasarkan hasil riset Endes N. Dahlan. (No, nama pohon, nama latin, daya serap).

1. Trembesi, Samanea saman, 28.488,39 kg/tahun
2. Cassia, Cassia sp, 5.295,47 kg/tahun
3. Kenanga, Canangium odoratum, 756,59 kg/tahun
4. Pingku, Dyxoxylum excelsum, 720,49 kg/tahun
5. Beringin, Ficus benyamina, 535,90 kg/tahun
6. Krey payung, Fellicium decipiens, 404,83 kg/tahun
7. Matoa, Pometia pinnata, 329,76 kg/tahun
8. Mahoni, Swettiana mahagoni, 295,73 kg/tahun
9. Saga, Adenanthera pavoniana, 221,18 kg/tahun
10. Bungur, Lagerstroemia speciosa, 160,14 kg/tahun
11. Jati, Tectona grandis, 135,27 kg/tahun
12. Nangka, Arthocarpus heterophyllus, 126,51 kg/tahun
13. Johar, Cassia grandis, 116,25 kg/tahun
14. Sirsak, Annona muricata, 75,29 kg/tahun
15. Puspa, Schima wallichii, 63,31 kg/tahun
16. Akasia, Acacia auriculiformis, 48,68 kg/tahun
17. Flamboyan, Delonix regia, 42,20 kg/tahun
18. Sawo kecik, Maniilkara kauki, 36,19 kg/tahun
19. Tanjung, Mimusops elengi, 34,29 kg/tahun
20. Bunga merak, Caesalpinia pulcherrima, 30,95 kg/tahun
21. Sempur, Dilenia retusa, 24,24 kg/tahun
22. Khaya, Khaya anthotheca, 21,90 kg/tahun
23. Merbau pantai, Intsia bijuga, 19,25 kg/tahun
24. Akasia, Acacia mangium, 15,19 kg/tahun
25. Angsana, Pterocarpus indicus, 11,12 kg/tahun
26. Asam kranji, Pithecelobium dulce, 8,48 kg/tahun
27. Saputangan, Maniltoa grandiflora, 8,26 kg/tahun
28. Dadap merah, Erythrina cristagalli, 4,55 kg/tahun
29. Rambutan, Nephelium lappaceum, 2,19 kg/tahun
30. Asam, Tamarindus indica, 1,49 kg/tahun
31. Kempas, Coompasia excelsa, 0,20 kg/tahun

Tumbuhan-tumbuhan tersebut adalah jagoan penyerap karbondioksida berdasarkan riset yang dilakukan oleh Endes N. Dahlan yang dipublish awal 2008. Tidak menutup kemungkinan masih terdapat pohon-pohon lain yang mempunyai kemampuan daya serap karbondioksida yang lebih tinggi.

Namun, upaya yang dilakukan Endes N. Dahlan ini patut kita acungi jempol yang membuat kita dapat lebih tepat memilih tanaman yang mempunyai kemampuan ekstra sebagai penyerap karbondioksida dalam upaya mengurangi polusi udara dan mengurangi dampak pemanasan global.
read more.... my soul