Pages

Sabtu, 13 Februari 2010

jiwa yang gundah berganti gairah

Allahuakbar, Allahuakbar..!, demikian kalimat pertama dari kumandang adzan yang kita dengar manakala sudah tiba waktu shalat. Reaksi dan sikap hati manusia tentu amat beragam dalam merespon seruan tersebut. Ada yang jiwanya langsung tergerak untuk bergegas ke mesjid dan bersegera menunda aktivitasnya, ada yang terpanggil namun mengabaikan seruan tersebut, ada pula yang menganggap itu hanyalah rutinitas suara yang kerap terdengar setiap saat, bahkan tidak mustahil ada sementara orang yang justru merasa terganggu dengan suara seruan tersebut. Sikap hati dalam memberi reaksi terhadap seruan adzan tersebut akan sangat tergantung kepada bagaimana manusia menghayati, menjiwai dan memberi makna terhadap ajakan shalat itu.
Hayya ‘alashshalaah, hayya ‘alashshalaah, demikian kalimat berikutnya yang secara khusus berseru untuk menggapai dan mencapai kebahagiaan. Kalaulah ajakan untuk shalat itu dimaknai, tentu saja baru sebatas mendengar sudah memberikan efek psikologis dan menentramkan, apalagi kalau undangan Allah itu diindahkan, niscaya akan bertemu dengan suasana kedamaian yang tak terukur.
Mendengar lantunan merdu suara ajakan untuk shalat berjama’ah akan memberikan rasa damai (efek psikologis), lantas hati menjadi tergerak untuk berangkat menuju sumber suara; kaki di langkahkan – tangan diayunkan, anggota tubuh menjadi bergerak, ini artinya sudah memberikan efek olahraga; mengambil air untuk menghilangkan kotoran, bersuci dan berwudlu—tentu badan menjadi terhidar dari debu dan kotoran (efek medis). Masuk ke dalam mesjid bertemu sahabat, handaitaulan dan saudara seiman lantas bersalaman, berkomunikasi dan bersilaturahmi, aktivitas ini memiliki unsur sosial (efek sosial). Melaksanakan shalat berjama’ah dengan khusyu, berkomunikasi dan berserah diri kepada Yang Maha Segalanya, akan memberikan multi efek yang berimbas pada kesejahteraan hidup umat manusia. Betapa tidak, aktivitas jasmani sa’at menunaikan shalat sarat dengan gerakan-gerakan yang bermuatan olahraga, bahkan berolah jiwa, karena rohanipun turut bergerak dengan kekhusyuan penghayatan bacaan-bacaan shalat (olah rohani). Shalat berjama’ah artinya aktivitas shalat yang dilakukan secara bersama-sama, ruh dari kegiatan ini mengisyaratkan betapa pentingnya hidup dalam kebersamaan, bergotong royong dan tidak bercerai berai. Kalau melakukan shalat berjama’ah dengan status makmum haruslah ta’at mengikuti imam; artinya dianjurkan menjadi manusia yang ta’at dan patuh kepada pemimpin yang mengajak dan berada di jalan yang benar, begitu pula bila menjadi imam harus menengok siapa yang menjadi makmum; memahami kondisi fisik dan psikologis makmum adalah adalah prasyarat yang harus dipenuhi imam, implikasinya adalah seorang pemimpin harus memegang teguh amanah orang-orang yang dipimpinnya, apakah itu dalam kehidupan berorganisasi, berumah tangga, bermasyarakat atau kegiatan lain yang cakupannya lebih besar, dengan kata lain shalat berjama’ah memberikan filosofi dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Shalat berjama’ah memiliki substansi dan falsafah bagi kehidupan, baik sebagai manusia secara individual atau sosial. Secara individual nilai shalat berjamaah akan memberikan hikmah dan manfa’at bagi dirinya, apakah itu efek kesehatan jasmani (medis) atau kesejahteraan rohani (terafis). Kegalauan hati akan berkurang kadarnya bahkan hilang manakala orang berkomunikasi dan dikomunikasikan pada orang lain, lebih-lebih pada Allah Yang Maha Rahman. Kesempatan yang demikian itu akan dijumpai pada momentum shalat berjama’ah. Walhasil dengan shalat berjama’ah manusia akan mendapatkan multi efek yang berguna bagi terciptanya hidup dan kehidupan yang bermakna.
Apapun aktivitas, pekerjaan, kedudukan atau status sosial manusia, sedang sibuk atau santai, dimanapun dan kapanpun manusia berada bukanlah halangan untuk tergerak hati menunaikan shalat berjama’ah tatkala kumandang adzan diperdengarkan. Suara itu adalah kepanjangan tangan dari perintah Allah SWT. untuk menuju kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, lahir dan batin, di dunia maupun kelak di akhirat. Shalat berjama’ah adalah media yang diciptakan Allah untuk senantiasa menghambakan diri (ta’abbudi), mendekatkan diri (taqarrub) dan mengingat Sang Pencipta (berdzikir). Niscaya orang yang tidak menyia-nyiakan fasilitas ini hatinya akan menjadi tentram (alaa Bidzikrillahi tathmainnul quluub).
Semoga kita termasuk sebahagian dari orang-orang yang memiliki komitmen untuk senantiasa mendirikan shalat berjama’ah. Amiin Yaa Mujiibassailiin.

0 comments: